Selamat datang di KnK Land. Mari menguasai dunia bersama kami. Disini kalian bisa menemukan ratusan postingan berbahaya dari penulis-penulis kami. Selamat menikmati situs yang hidup ini.




Thursday, June 24, 2021

Kalau Aku Bagaimana


Kalau biasanya kalian akan menemukan penggalan lirik lagu atau beberapa bait puisi di awal carita ku, kali ini simpan dulu ekspetasi itu. 

Aku katakan, tulisan ini akan berbeda dari sebelumnya. Kalian tak akan menemukan rima-rima indie di akhir kalimat, semua akan mengalir begitu saja. Maklum, aku sedang pusing, kalau terlalu banyak mikirin rima, akan sampai kapan tulisan ini sampai ke kalian. Oiya, jangan lupa bacanya pakai intonasi, sengaja aku kasih banyak koma agar kalian berhenti, anggap saja sedang membaca sebuah diary, tentang apa yang kalian rasakan saat ini. Tak ada rima, yang ada hanya kesah, jangan terlalu menghayati, kalian masih punya banyak urusan untuk dihadapi, jangan mengurusi urusanku, aku masih cukup mampu. Tak apa kalau kalian tidak menyukai tulisan ini, toh ini dibuat bukan untuk kalian. Kalau kalian suka, tak apa, tapi jangan menyukaiku, perihal menyukai aku tak mampu. Satu lagi, aku akan banyak menggunakan aku kamu, bukan gua elu, kalau kalian jijik, yaudah. Tidak berpengaruh juga untuk ku, sesimpel itu. 

Untuk seseorang yang sengaja aku jadikan inspirasi cerita, tolong jangan kegeeran, aku menulis ini sebab aku ingin menulis, sesimpel itu. Terlebih tulisanku sudah lama tak terisi, jadi jangan terlalu kegeeran, kesenangan boleh, aku juga suka begitu soalnya. Sebelum kau kesal dan memaki-makiku di chat, aku minta maaf. Mungkin akan banyak kata kasar yang terlontar, tapi yasudahlah namanya juga aku, suka begitu.

Sumber: Pinterest

Begini ceritanya...
Mungkin seminggu yang lalu, aku malas menunjukkan waktu spesifiknya, nanti dikira merhatiin kamu banget, kan males jadinya. Ketika kamu membalas cerita berkala ku, dengan menyuruhku segera tidur, padahal aku sedang mengerjakan tugas dan besok pagi adalah deadline nya. Tugas segera aku selesaikan, copas sana copas sini, comot sana sini, ngarang indah, dan akhirnya selesai malam itu. Anehnya kau belum juga terlelap, malah menanyai ku beberapa pertanyaan, mungkin kau sedang rindu malam itu, tapi malu mengakuinya. 

Kau balik bertanya, "Kangen ga sama gue?" "Kangen sih tapi biasa aja" jawabku. Sebab aku terlalu sibuk, begadang tiap malam, mengerjakan tugas demi tugas, kelas yang begitu padat, senin sampai sabtu masuk pukul tujuh, dan hari minggu untuk tugas olahraga. Aku terlalu sibuk sampai kau kira aku gengsi ngechat mu lebih dulu, padahal tidak seperti itu. Ya biasa saja, aku tidak pernah ngechat mu karena aku sibuk dan tidak sedang bosan. Kalaupun aku bosan, aku tidak kepikiran ngechat mu, sesimpel itu. Aku juga tau kau sedang sibuk, aku turut kasihan padamu, sebab kau masih berkutat dengan angka-angka, seperti anak SMA yang belajar MTK; aljabar, linear, pecahan, statistika, aritmatika, ah fak lah semuanya. Coba kau lihat aku, merdeka, cuman perlu baca-baca dan ngolah kata-kata, sayang tugasnya yang tak kira-kira. Sebenarnya sih sama saja, tapi kan kau tau, aku selalu menganggap diriku lebih keren darimu HAHAHAHAHAHA. 

Sekali lagi, aku ga gengsi, mungkin esok pagi atau malam lusa aku ngechat mu, mungkin, kalau aku tidak lupa. 

"Kalau menurut lu, gua gimana?" Jujur, kau adalah penghancur idealisme. Aku pernah katakan, "Aku tidak akan berubah hanya karena wanita." Tetapi perlahan luntur karena kau. Bukan karena tumbuh rasa, tetapi lebih karena ingin berjuang bersama. Bukan kerena takut kehilangan, tetapi lebih karena takut kau berjuang sendirian. Bukan karena takut kesepian, kalau tentang kesepian, aku terlalu sering kesepian, tapi bukan karena itu, lebih karena ingin tetap beriringan agar kau tak menyerah di tengah jalan. Namanya juga kamu, nyerah mulu. Aku yang dulu sangat keras, kasar, frontal dan berlebihan, perlahan jadi lemah. Jujur itu bukan aku, tapi mau bagaimana, kau sering bawa perasaan. Dibilang baperan, kau tak terima, tapi memang seperti itu adanya, ah fak lah. Kalau aku ngomong anjing, kau langsung marah, bilang anjay, kau malah ketawa, aneh banget lah. Kalau ngatain dirimu aneh, kau membantah, memujimu pintar, kau lebih membantah. Mengecap dirimu religius, kau tak suka, melabeli dirimu malas beribadah, kau malah marah-marah, mending kalau datang bulan saja. Saat datang bulan, selalu kau tak berselera, aku ajak cerita, kau iya iya aja, aku ajak ghibah, kau bilang aku banyak dosa, ga salah sih, tapi kau suka dengan ghibah yang aku kasih. Disuruh belajar, kau malas, gagal ujian, kau tampak memelas, aku coba semangati, katamu tak berpengaruh, aku balik memaki, kau tambah terpuruk, serba salah. Jadi bingung, aku ini apa. Saat aku memilih baca buku ketimbang lanjut cerita, kau bilang aku jahat, saat aku jujur menjawab tidak peduli dengan ceritamu, kau bilang aku lebih jahat, saat aku minta maaf, kau maafin, tetapi saat aku bercerita kembali, kau bilang tak peduli. Aku makin tersudut. Kembali meminta maaf, lalu katamu biasa saja. Saat aku biasa saja, kau bilang aku lebih kaku dari sebelumnya, saat aku mencoba seperti sebelumnya, kau yang tak pernah sama seperti sebelumnya, yaudah lah, aku yang salah. Namanya juga aku, suka begitu, tak bisa sesimpel itu. 

Aku yang berubah karena ingin menemani kau berjuang, kau malah bilang "Jadi lu berubah cuman karena takut gua baper, bukan karena emang lu ngeliat itu baik?" Begini aku kasih tau, "Baik itu relatif, aku yang ngomong kasar, keras, frontal, atau berlebihan bukan berarti tidak baik, tapi bukan berarti baik. Baik atau buruk itu relatif, tergantung perspektif, sudut pandang, dan cerita orang."

Tak apa sebenarnya aku mau sepertinya apa, yang terpenting tetap jadi diriku sendiri. Untuk mu, aku ingin ucapkan terima kasih. Ada gunanya juga sih menjadi lemah lembut, terlebih saat ini, aku harus menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, jadinya perlu hati-hati, kalau tidak, akan banyak hati yang tersakiti, dimusuhi dan menjadi penyendiri dalam menjalani studi. Menjadi lebih lembut aku bisa, menghadapi wanita aku tak bisa, apalagi wanita seperti dirimu. Bayangkan, saat aku sudah mulai tertarik dengan dunia politik, hukum, HAM, dan filsafat, Sedangkan kau masih terus menanyakan, "Malam ini enakan makan mie atau Mcd?" Ga salah sih, cuman rada kesal aja saat mendengarnya, jika aku terus terang dengan mengatakan, "Ga ada yang enak, keduanya makanan sampah!" Mungkin kau akan marah, dan berkata, "Alah, kalau ada juga dimakan." Ya pasti, kalau makanan itu ada dihadapan ku dan tidak ada makanan lain, pasti aku makan. Sulit memang jika sudah berdebat makanan mana yang paling enak, tetapi seharusnya tidak perlu serumit itu, kau bisa makan apapun, orang gila yang tidak makan seharian saja masih bisa hidup di jalanan. Semoga kau tidak menjadi gila. Semoga kau tidak terlalu sering makan makanan sampah. Semoga kau tidak menjadi sampah. Semoga kau tidak menjadi lebih rumit. Semoga rumit tidak menjadi kau. Semoga tidak ada wanita serumit kau, kalaupun kenyataannya semua wanita itu rumit, yasudah gapapa, toh aku pernah menghadapi kau, walaupun aku kalah telak. 

Jika terus mendesak bertanya, "Apakah ada perasaan yang tumbuh dalam diriku?" Aku ingin menjawab, "mungkin ada perasaan itu, akan terlalu hipokrit jika aku bilang tidak. Mungkin kau lebih peka terhadap perasaan itu, sedangkan aku tidak terlalu." Harus diakui kau wanita yang pandai walau kekanak-kanakan, mungkin tidak kekanak-kanakan juga tapi lebih ke wanita yang haus perhatian dan butuh didengarkan. Lumayan cantik dan menarik dari segala hal. Lucu juga tapi bawel. Sedangkan aku aja suka males dengerin cerita yang ga penting, tidak tertarik bahkan. Kalau boleh dianalogikan, mungkin akan seperti ikan nemo di akuarium. Masalahnya satu, akuarium bukan tempat alamiah dari ikan nemo, lautan adalah tempatnya. Sebab di sana nemo bisa berenang bebas dan menemukan anemon laut yang selalu bisa menjaganya dari segala ancaman. Tak ada yang lebih menyenangkan ketimbang berhasil menemukan tempat alamiah kita, melebur jadi satu hingga satu frekuensi. Pergi dan lakukanlah! Tunggu apalagi! Ada banyak anemon laut yang menunggu nemo di sana. 

Patut ditunggu akan jadi apa kau nanti. Tapi aku mohon padamu, jika ditanya tentang "Siapa idolamu?" Tolong jangan jawab "Marcus Aurelius" lagi. Anjing lah, itu jawaban paling aneh buat seseorang baru baca dua lembar buku Stoikisme. Silahkan kau bersenang-senang di Barat, cari semua yang mau kau cari, alami yang kau ingin alami, temui apa yang ingin kau jumpai. Jangan lupa bawa dua buku dariku. Mungkin di sana kau bisa jadi orang yang lebih praktis atau bahkan menjadi feminis. Tapi ga mungkin lah kau jadi feminis, masa nanti kau orasi di atas mobil bak atau long march saat hari perempuan, mungkin yang ada kau malah ketiduran HAHAHAHAHAA. Terserah lah, tadi aku hanya bercanda, tak peduli kau jadi apa, yang penting kau mencintainya dan berlaku apa adanya. Maka cobalah masuk tahap mencintai bukan lagi menyukai, sebab dalam mencintai kau akan sungguh-sungguh menjaga, memelihara, merawat, dan melindungi bukan lagi tentang rasa ingin selalu memiliki saat kau mulai menyukai.

Selalu ada buat gua ya, jangan capek ngingetin gua untuk minta sama Tuhan, you're my best support system. 

Waktunya habis, misinya tuntas, selesai sudah.




Raihan Immadu
Pamulang, 7 Nov 2020
Selamat membaca
Semoga bahagia

No comments:

Post a Comment