Selamat datang di KnK Land. Mari menguasai dunia bersama kami. Disini kalian bisa menemukan ratusan postingan berbahaya dari penulis-penulis kami. Selamat menikmati situs yang hidup ini.




Sunday, December 13, 2020

Sebuah Puzzle tentang kepercayan dari Kripke

 


Kripke pada tahun 1979  menerbitkan sebuah puzzle tentang kepercayaan ,yang bertujuan untuk mematahkan serangan terhadap teori Millian. bahwa absurditas yang terjadi dalam konteks propositional attiude ( proposisi dalam konteks mental/sikap ) itu bukan hanya terjadi karena asumsi tranparansi Nama  ( koreferensial dapat dipertukarkan secara salva veritate ). dalam puzzle, kripke menunjukkan bahwa bila asumsinya pun ditolak, absurditas tetap akan terjadi.


konteks puzzle adalah perbedaan pendapat antara Millian dan Frege-Russel tentang Nama. Pada Miliian, Nama hanya dianggap sebagai penunjuk dari objek acuan. Ini sangat berbeda pada pandangan  Frege – Russel yang menyatakan bahwa sebuah Nama memiliki properti-properti yang akan secara unik menunjuk objeak acuan . Misal nama Andi,  pada pandangan millian nama andi hanya sekedar label/denotasi dari ‘Andi ’. Sedangkan pada Frege – Russel nama Andi merupakan singkatan dari properti-properti yang secara unik akan menunjuk kepada Andi. Misal kita asumsikan ‘Andi’  adalah   raja perancis saat ini tang botak. maka menurut pandangan Frege – Russell nama Andi merupakan singkatan dari raja perancis saat ini. atau secara rigor menggunakan logika tatanan pertama dapat dituliskan  (x)(Fx&(for all y)(Fy → x = y) & Bx ) yang kira-kira bila diterjemahkan menjadi : ada x dimana x adalah raja perancis saat ini dan untuk semua y jika y adalalah raja perancis saat ini maka x sama dengan y dan x berkepala botak.   Menggunakan pernyataan-pernyataan diatas. alhasil pada Millian, Nama dapat dipertukarkan secara salva veritate (penukaran tingkat atribut ) sedangkan pada Frege – Russel hal ini mungkin tidak dapat terjadi. contoh : pada Cicero dan Tulius jika kita memakai pandangan millian maka keudanya dapat dipertukarkan secara salva veritate . misal Cicero berkepala botak, maka nama ‘Cicero’ dapat dipertukarkan dengan ‘Tulius’ sehingga kalimatnya menjadi Tulius berkepala botak.  hal ini tidak terjadi pada pandangan Frege – Russel dikarenakan bisa saja properti dari nama Cicero dan Tulius itu berbeda.


Dan karena puzzle kripke ini berhubungan dengan propositional atittude ( proposisi sikap/mental ). Maka kali ini akan terlebih dahulu  membahas de re  dan de dicto . perbedaan dari keduanya terletak di cangkupan.  Jika de re memiliki cangkupan yang luas maka de dicto memiliki cangkupan yang kecil. misal pada kalimat Ralph percaya bahwa seseorang adalah mata-mata.  Jika membaca kalimat ini dengan de dicto  maka dapat dibaca menjadi terdapat seseorang yang Ralph curigai sebagai mata-mata ( mungkin si andi ). sedangkan pembacaan de re akan menjadi Ralph percaya terdapat seorang  mata-mata.  lebih jauh,  masing-masing secara rigor dapat dituliskan menjadi : (there is exist x) (Ralph percaya bahwa x adalah mata-mata ) dan Ralph percaya bahwa (there is exist x) (x adalah mata-mata).  coba perhatikan kedua ekpresi, yang membedakan kedua ekpresi adalah cangkupan x-nya.


Terakhir, Sebelum masuk kepada puzzle. akan diasumsikan 2 prinsip yang harus terpenuhi.pertama adalah disquotation principle ( prinsip diskuotasional ), yang mengatakan bahwa “ jika penngujar secara reflektif, jujur dan dengan menggunakan bahasa standar mengasersi P maka dia percaya P  “ . Ini dibutuhkan untuk menghilangkan ambiguitas. misal pada kalimat London adalah kota yang indah maka pengunaan london disini adalah sama seperti pengunaan london pada umunya dan indah berarti merupakan atribut dari keindahan. harus refleksif ( secara sadar, hati-hati, dan rasional ) agar menghindari sesat pikir serta jujur aqtau  kalimat yang dia nyatakan itu bukan sekedar sarkasme atau bohongan.  sebagai tambahan berlaku bikondisional pada prinsip diskuotasional yang menyatakan bahwa “ seorang pengujar yang tanpa keraguan dapat dikatakan jujur dalam menyetujui ‘p’ jika dan hanya jika ia percaya bahwa p .  mempertegas bahwa dia yakin tanpa keraguan tanpa harus mengulangi sekali lagi perkataannya ( mungkin si pengujar malu ).
kedua adalah prinsip penerjemahan yang menyatakan
“jika sebuah kalimat pada suatu bahasa mengekspresikan kebenaran pada bahasa tersebut, maka terjemahan dalam bahasa manapun juga mengekspresikan kebenaran “.  Ini berfungsi untuk menjaga tujuan dalam penerjemahan dari bahasa asli ke bahasa lain. 


Ingat !! Yang asli yang ada badaknya


Puzzle dimulai dari sebuah cerita tentang seorang pemuda monolingual bernama Pierre yang tinggal di kolong jembatan di paris. Perancis kala itu sedang di landa sebuah krisis dan gejolak pemberontakan. singkat kata, Pierre hidup dalam kemisikinan dan kesusahan. Pierre yang resah mencari makanan kesana kemari sering memungut kertas koran yang tersebar di jalanan, pada banyak koran yang ia lihat. Pierre takjub oleh sebuah kota yang bernama Londreas. Koran menggambar Londres seperti taman eden yang berisi kastil-kastil megah dan pepohonan yang rimbun. Bagi Pierre disana adalah surga, tak ada kelaparan maupun penyakit. Pierre sering bercerita pada teman-temannya sewaktu hendak tidur bahwa “ Londres est jolie “.  dalam bulan-bulan selanjutnya, pembrontakan kian memanas, Pierre yang sudah tidak tahan lagi hidup nestapa akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan paris dengan menumpang kereta kuda.  kebetulan kereta kuda tersebut hendak mendistribusikan makanan ke inggris. singkatnya, Pierre dengan mengikuti rute kereta kuda tiba di Inggris. disana Pierre memutuskan untuk mengikuti massa pekerja ke kota London untuk mencari pekerjaan. Naasnya, disana ia tertimpa nasib yang sama bahkan lebih buruk. tidak berubah masih tinggal di kolong jembatan. disana ia mendapatkan gaji rendah dan bahkan sering ditipu oleh pemilik pabrik dikarenakan Pierre tidak dapat berbahas inggris. kebiasaannya pun masih sama sebelumm tidur Pierre membisikan dengan lembut pada dirinya sendiri bahwa “ Londres est jolie “. Pierre meniatkan dirinya untuk belajar bahasa inggris via secara langsung seperti bayi. berbulan – bulan kemudian hidup Pierre mulai membaik dikarenakan komunikasinya membaik.  Kini ia tinggal di Darmouth, berprofesi sebagai seorang pemilik toko. Suatu hari seorang pelanggannya berkata bahwa ia ingin merantau ke London untuk memperbaiki hidupnya. Pierre yang masih mengingat pengalaman kesulitannya sewaktu di kota London berkata “ London is not pretty “. dan menyarankan pelanggannya itu untuk tidak pergi ke London.


Pada cerita diatas dengan pembacaan de dicto dan de re, kita bisa mengambil beberapa asersi, yaitu :“Londres ist jolie” dan “ London is not pretty “.  Pada kalimat “ Londres ist jolie “  dapat diterapkan prinsip penejemahan menjadi  “ London is pretty”. dan keduanya jika digunakan prinsip dikuotasional dapat terbentuk sebuah pernyataan “ Pierre percaya bahwa London is pretty “ dan “ Pierre percaya bahwa London is not pretty “. pertanyaan yang diajukan kripke adalah jika Pierre tidak pernah menggantikan  kepercayaan yang telah dia buat sewaktu berada di perancis. lalu,  Apakah Pierre mempercayai London is pretty atau tidak? . Jika anda jawab tidak dengan berdalih  bahwa ia tidak mempercayai lagi London is pretty/Londres ist jolie karena telah tinggal di inggris dan berbahasa inggris. maka ini seperti saja mengatakan bahwa Pierre telah mengganti kepercayaan. jawaban ini tidak bisa dibenarkan karena pierre mengaku bahwa ia tidak pernah mengganti jawabannya. jika anda jawab iya karena berdalih bahwa Pierre percaya London is not pretty karena masa lalunya di perancis. ini juga bukan jawaban yang memuaskan karena kepercayaan baru Pierre ini sama dengan kepercayaan tetangga-tetangganya di London. bila kita asumsikan Pierre disambar listrik sehingga semua ingatannya masa lalunya di perancis terhapus maka Pierre akan tetap pada kepercayaannya karena Pierre nantinya juga akan memiliki kepercayan dan pemikiran yang sama dengan tetangganya. jika anda menerima kedua kepercayaan Pierre maka saya bisa saja mengasumsikan Pierre ternyata adalah Logikawan sehingga dia tidak akan pernah membiarkan dirinya memiliki kepercayaan yang saling berkontradiksi. jawaban bahwa pierre memiliki dua kepercayan tsb pun ini pun tidak memuaskan.


lewat puzzle ini Kripke berhasil membuktikan ( self claim ) bahwa absurditas akan tetap terjadi tanpa mengasumsikan adanya pertukaranan nama ( transparansi nama ).  Tidak ada dua buah nama atau lebih yang menunjuk pada objek sama dalam cerita Pierre, hanya ada satu nama yaitu London/Londres. Sekian...


Referensi :


Ryckman, Thomas C. "Proper names, beliefs, and definite descriptions." (1984). Doctoral Dissertations 1896 - February 2014. 1789. https://scholarworks*umass*edu/dissertations_1/1789.


Quine, W. V. “Quantifiers and Propositional Attitudes.” The Journal of Philosophy, vol. 53, no. 5, 1956, pp. 177–187. JSTOR, www*jstor*org/stable/2022451


Kripke, S.A. (1979) A Puzzle about Belief. In: Margalit A. (eds) Meaning and Use. Synthese Language Library (Texts and Studies in Linguistics and Philosophy), vol 3. Springer Dordrecht. https://doi*org/10*1007/978-1-4020-4104-4_20


Smit, JP. "Some Lessons from Kripke’s A Puzzle About Belief." Stellenbosch Papers in Linguistics [Online], 40 (2011).  https://doi*org/10*5774/40-0-38.


No comments:

Post a Comment