Sunday, October 10, 2021
Tuesday, July 13, 2021
notasi seperti pembagian disitu artinya subtitusi.
Tuesday, June 29, 2021
Wednesday, June 16, 2021
Sebenarnya ini terjadi karena lord melihat kerancuan dari logika kategorisnya aristoteles.ketika dikatakan bahwa " Socrates adalah manusia " menurut aristoteles, "socrates" disana adalah sebuah subjek sedangkan menurut lord, "Socrates" disana adalah sebuah predikat karena kita bisa mentransletkan kalimat "Socrates adalah manusia" itu menjadi ada x jika x adalah socrates maka x adalah manusia. Jelas, kalau kita translet seperti tadi ke logika tatanan pertama "sokrates" menjadi sebuah predikat, dengan tadi maka menurutnya logika kategorisnya aristoteles dapat mengakibatkan kerancuan kategoris.
Tapi, jauh dari diatas, sekarang kita akan membahas dlu hal-hal mendasar dari logika lord ini. Disini kita akan bahas ide primitif atau yang lord sebut sebagai undefined term.
1. Asersi
Setiap proposisi dapat merupakan asersi atau hanya bagian. ketika saya mengatakan " wody telah mati " maka ini saya meng-asersi proposisi " wody telah mati ", tapi ketika saya mengatakan " ' wody telah mati ' adalah sebuah proposisi " maka ini saya sedang mengasersi hal lain, dimana disini ' wody telah mati ' hanya menjadi bagian. Sama seperti pada proposisi hipotesis bersyarat atau Qadhiyah syartiyah mutassilah yaitu " jika a=b maka b=a ", disini terdapat dua proposisi yang tidak diasersi yaitu "a=b" dan "b=a", sementara yang diasersi adalah hal pertama mengimplikasikan hal kedua. atau dalam bahasa sehari-harinya " jika ini maka ini " . Secara simbol jika kita ingin mengatakan bahwa proposisi p adalah asersi maka dapat ditulis :
dimana " " adalah tanda asersi yang dapat dibaca " benar bahwa ", sedangkan titik menandakan cangkupan asersinya, cangkupannya dimulai setelah tanda titik sampai ketemu titik yang jumlahnya sama atau akhir dari kalimatnya. jadi "
" berarti " benar bahwa p mengimplikasikan q ", sedangkan "
" berarti " benar bahwa p; mengimplikasikan benar bahwa q " atau " P benar; maka q benar ". Contoh pertama itu tidak selalu melibatkan tentang kebenaran p atau q sedangkan contoh kedua itu melibatkan.
2. Implikasi
Russel menyatakan implikasi adalah relasi antara 2 entitas p dan q dimana p tidak benar atau q benar. Jadi, ketika saya mengatakan " p mengimplikasikan q " itu sebenarnya hanya kata lain dari " p tidak benar atau q benar". Proposisi " p mengimplikasikan q " itu ekivalen dengan " jika p benar maka q benar ", dan "jika q salah maka p salah". Implikasi disimbolkan dengan " " . Ia disini juga menyatakan bahwa p dan q haruslah sebuah proposisi untuk membuat proposisi "
" ini benar. Ini saya kira poin penting yang harus kita ingat, karena Russel tidak menyatakan bahwa semua statemen itu adalah proposisi.
3. Fungsi proposisi
Semua statemen mengenai x bisa dinyatakan dalam ekpresi:
Tuesday, May 25, 2021
Monday, May 24, 2021
Hai.. pembaca knkland yang saya sayangi dan cintai, pada seri postingan singkat seri eksperimen kali ini kita akan kembali lagi ke ekperimen yang berhubungan dengan pengambilan keputusan. Kali ini kita akan bahas mengenai burdian's Ass atau keledai si burdian.
Eksperimen pikirannya simpel,
asumsinya disini adalah keledai tersebut akan bergerak, bayangkan ada seekor keledai, ia dihadapi oleh dua tumpukan jerami, yang jaraknya relatif ke dirinya adlah sama atau, dengan kata lain, si keledai tepat persis di tengah-tengah kedua tumpukan jerami tersebut. Karena asumsi tadi pastinya si keledai bakalan mati kan? karena memang tidak ada yang bisa ia pilih ( keduanya memiliki jarak yang sama ).
Apakah hal ini dapat diterima? atau coba kita ambil bentuk lain yang lebih praktikal, kita ganti keledai ini sebagai manusia yang rasional.
Bayangkan ada Seorang manusia yang rasional dia hadapkan oleh dua benda yang sama persis secara kualitas dan kuantitas. kemudian orang tersebut disuruh memilih, manakah yang ia akan pilih?
disini pastinya dia gk bakalan secara gamblang milih salah satu diantara lainnya dikarenakan dia bakalan tidak memakai pertimbangan atau rasionalitasnya. Jadi, bagaimana dan apa yang harus ia pertimbangkan untuk memilih hal yang sama tersebut?
ada beberapa respon untuk ekperimen kali ini.
Beberapa orang akan mengatakan bahwa dia akan berakhir tidak memilih keduanya, karena memang situasinya tidak memungkinkan memilih. Tapi disini kita dapat mempertanyakan lagi, tapi tidak memilih juga merupakan hal yang tidak rasional karena bagaimanapun lebih baik memilih dibanding tidak memiliki apa-apa. Bagaimana juga kasusnya adalah ia kelaparan dan dihadapkan dua makanan yang sama. kalau tak memilih, mati konyol.
Beberapa orang lainnya, dan saya yakin ini juga merupakan pilihannya admin K ( ingat!! salah satu filosofi dari knkland ), admin K saya yakini bakalan memilih cara me-random-isasi, dia bakalan ngambil dadu atau koin buat nentuin apa yang nantinya akan dia pilih. Tapi solusi ini juga tidak menyenangkan secara aqli, ada dua masalah.
pertama, acak bisa saja dikatakan tidak cukup rasional, wut,, bergantung pada hal gak jelas, orang --- dari kota mana?
kedua, Ini akan mengakibatkan kasus burdian lagi, disini kita bisa bertanya lebih baik mana? menggunakan dadu atau koin atau 10 koin? kan sama aja, bagaimana kamu memilihnya? nah, masalah lagi kan. perntanyaan lainnya bisa dilayangkan lagi, okelah sudah milih salah satu alat, misal koin, tapi masalahnya adalah bagaimana kamu menentukan mana yang kepala dan mana yang ekor? Muncul lagi kan dillemanya. Ya dapat diakatakan bahwa milih random generator itu tidak memadai untuk menyelesaikan permasalahan.
Bagaimana para pembaca, apakah kalian punya solusi dari ekperimen ini? silahkan tulis di kolom komentar jika ada.
Oke, sekian dulu postingan kali ini, bye ~~~~~
Tuesday, May 18, 2021
Monday, May 17, 2021
Ha.. ha.. lo.. halo.. semuanya, ketemu lagi dengan saya yaitu Sawer Dong. Postingan kali ini merupakan awal untuk seri postingan singkat yang akan saya buat yaitu Seri Eksperimen Pikiran. Pada seri ini saya sendiri akan membawa kalian ya para pembaca untuk mengekplor berbagai eksperimen-eksperimen pikiran, untuk postingan pertama ini, saya akan membahas tentang Otak china.
Eksperimen otak china merupakan eksperimen pikiran yang tujuan utamanya itu menunjukkan seberapa tidak intuitifnya ide/gagasan dari kubu fungsionalis, yang kira-kira argumennya adalah bahwa
" Kesadaran itu tercipta dari peran fungsinya "
jadi, menurut fungsionalis ini selama sesuatu itu sama seperti perannya otak manusia maka sesuatu tersebut akan menghasilkan kesadaran, bisa aja dari kumpulan kayu, batu, logam, dan tak terkecuali manusia.
BTW, eksperimen ini dinamakan otak china karena banyaknya populasi warga china itu setidaknya yang hampir mendekati neuron di otak. Jadi, langsung aja ke eksperimennya.
Bayangkan bahwa setiap warga china itu bekerja layaknya neuron (mengrim/menerima sinyal ) dengan menggunakan alat komunikasi dua arah misal makai walkie talky. Kemudian laku mereka ini kita tangkap menggunakan satelit terus kita tampilkan di layar. Ntar akan ada satu radio yang akan kita anggap sebagai sensor input.
diatas kita telah memnuhi semua aspek yang fungsionalis inginkan yaitu mental state, input sensorik dan outputnya. Berarti apakah akan seketika muncul kesadaran disana?
Salah satu yang mengatakan iya adalah daniel dannetts, alasan? ya karena memang begitu kesadaran tercipta :V.
Tapi, jujur. bagi saya dan kebanyakan orang dengan intuisi yang telah diberikan, susah membayangkan kalau kesadaran akan muncul. Coba bisa gk kalian bayangkan kesadaran seperti apa yang akan muncul? kan aneh kalau ntar ada yang namanya perasaan negara china ( secara literal ) atau kesadaran dari negara china. Jujur, masih sangat sulit.
nah, itulah eksperimen pikiran otak china. kalau kalian ada pendapat, keluhan, kritikan, saweran, curhatan, dll yang dapat diketik dan ingin disampaikan disini, kalian bisa menggunakan fasilitas kolom komen.
yak, jadi begitu saja dari saya, terimakasih bagi yang telah membaca. sampai jumpa di eksperimen pikiran selanjutnya. Bye ~~
Sunday, May 16, 2021



Halo Semua.. Kali ini mimin pingin membahas Bab 1 dari Das kapital buku 1. di bab ini kita akan belajar mengenai komoditas dan ada apa saja di dalamnya. Sebenarnya das kapital bab 1 ada 4 bagian, tapi karen abakalan kebanyakan saya disini akan cuma membahas 3 bagian yang membicarakan soal komoditas. ntar, di postingan selanjutnya baru akan membahas bagian ke-4 yaitu fetitisme komoditas.
Sebelum kita masuk dalam pembahasan, izinkan saya untuk mengutip beberapa perkataan marx dalam beberapa kata pengantarnya yang menurut saya penting, marx mengatakan bahwaTapi, yang perlu digaris bawahi disni adalah Tidak setiap barang merupakan komoditas dan juga tidak setiap komoditas adalah barang. Menurut Marx, sesuatu dikatakan sebagai komoditas jika ia memiliki dua nilai yakni nilai guna ( aspek kualitatif ) dan nilai tukar ( aspek kuantitatif ). Tapi apa itu nilai guna dan nilai tukar?
Nilai guna ialah nilai yang muncul karena kegunaan benda tersebut, tentu karena merupakan kegunaan, nilai guna hanya akan muncul jika sebuah barang dapat dikonsumsi atau digunakan. misal kita contohkan sebuah teh botol. Sebuah teh botol akan memiliki nilai guna sejauh dia dikonsumsi dalam hal ini untuk melegakan dahaga akan rasa haus. Nah, Nilai guna dari sebuah benda berhubungan erat dengan nilai tukar.
Nilai tukar ialah nilai yang muncul karena pertukaran dari benda tersebut, dalam arti lain, sebuah benda memiliki nilai guna sejauh benda tersebut dapat dipertukarkan dengan benda lainnya. Pastilah pertukaran benda mengandaikan kesetaraan, bukan? orang bodoh mana yang ingin menukarkan sebuah benda yang tidak setara ( degnan catatan tidak ada kepentingan lainnya ). Tetapi disini kita dapat langsung mempertanyakan kembali, jika benda-benda dapat setara maka unsur apa yang menyetarakannya ? Unsur tersebut menurut marx tak lain adalah nilai yang menubuh pada komoditas itu sendiri. Nilai dalam artian, semua komoditas haruslah dapat diubah dalam unsur tersebut. Tentu properti fisik dari komoditas akan tereleminasi. Tapi, bagaimana dengan nilai guna? sayangnya nilai guna juga tidak dapat digunakan karena ia merupakan kualitas bukan kuantitas. Jika, begitu maka yang tersisa adalah kerja.
2. Dua aspek kerja yang mewujud dalam Komoditas
Tapi bukankah kerja itu memproduksi nilai guna? Tentu bukan kerja konkrit seperti itu yang dikatakan oleh marx. Kerja konkrit disini kerja yang fokus utamanya adalh menghasilkan nilai guna. contoh : kerjanya seorang penenun adlah menghasilkan kain atau seorang pengrajin kayu menghasilkan meja. Bukan, bukan kerja ini yang dimaksudkan oleh marx, kerja ini masih menghasil barang yang berbeda, ia masih menghasilkan meja, baju, dll. Kerja yang dimaksud marx adalah kerja abstrak, kerja yang menghasilkan komoditas yang dihasilkan seorang penenun dan pengrajin kayu menjadi sama. Yaitu menghasilkan bentuk homogen dari komoditas, waktu kerja yang membeku dalam komoditas. Seorang penenun disini tidak menghasilkan sebuah kain tapi lama waktu kerja, begitu pula dengan pengrajin kayu. Kita dapat menyetarakan 1 meja yang jika dikonversi menghasilkan 30 hari waktu kerja dengan 1 kain yang jika dikonversi menjadi 15 hari waktu kerja maka 30 = 2* 15 = 30 sehingga 1 meja = 2 kain.
Muncul lagi permasalahan disini, berarti apakah komoditas yang dihasilkan oleh seorang yang tidak kompeten itu lebih besar karena memerlukan waktu yang lama? Disini marx berkata bahwa yang dimaksud waktu kerja adalah waktu kerja sosial atau waktu kerja rata-rata dalam masyarakat. Misalkan di sebuah masyarakat yang dominasinya telah menggunakan mesin otomatis yang dapat menghasilkan sebuah meja hanya selama 5 jam, maka walaupun katakanlah, andi membuat sebuah meja dalam waktu 30 hari. Waktu kerja yang berlaku di masyarakat adalah mengikut si waktu mesin otomatis.
Disini berarti ada faktor-faktor lain yang bermain, bukan? Marx menyebutkan faktor-faktor tersebut adalah : Pertama, yaitu tingkat rata-rata keahlian pekerja. Kedua, merupakan tingkat perkembangan sains dan penerapan teknologi. Ketiga, perkembangan organisasi dan proses produksinya, keempat yaitu keluasan dan ketepatgunaan sarana produksi dan Kelima, kondisi alamiah di suatu lingkungan tertentu.
3. Bentuk Nilai atau Nilai tukar
a. Bentuk dasar dari Nilai
Komoditas yang seperti kita tau ia muncul sebagai nilai guna kita dapat mencontohkan besi, kayu, dan bulu domba. Ini adalah bentuk sedernaha, bentuk alaminya. Tetapi seperti yang tadi kita katakan, komoditas akan menjadi komoditas jika hanya ia memiliki dua karakter alami, yang saat bersamaan merupakan objek dari kegunaan dan pembawa nilai. Maka, dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa barang muncul sebagai bentuk komoditas jika ia memiliki bentuk alami dan bentuk nilai.
Seperti yang telah kita tekankan diatas nilai adalah waktu kerja yang terobjektifikasi dalam barang. Dalam artian, ia membutuhkan nilai tukar sebagai representasinya, Nilai tukar secara trivial dapat kita katakan sebagai sebuah relasi sosial. Untuk menukarkan sebuah barang kita membutuhkan komoditas yang lain yang dimiliki oleh orang lain, bukan?. Oleh karena itu nilai yang terpatri dalam sebuah komoditas itu bukan material, kita tidak bisa menemukan nilai dengan cara memotong atau menilisik wujud material si barang. Tapi, bagaimana cara kita menetukan nilai dari sebuah komoditas? seperti yang kita katakan tadi, lewat pertukaran nilai direpresentasikan. Relasi pertukaran seperti apa?
Kita memliki bayak relasi pertukuran, tetapi disini kita terlebih dahulu mulai dari relasi yang lebih sederhana, yaitu relasi antara dua komoditas. relasi ini dapat mengatakan kepada kita bentuk simpel dari satu komoditas. Contoh :
x komoditas A = y komoditas B, berarti x komoditas A bernilai y komoditas B.
( 20 yard linen = 1 jaket, berarti 20 linen itu bernilai 1 jaket )
dalam bentuk ekuasi simpel ini terdapat dua bentuk lain yang saling bertentangan. yaitu, bentuk relatif dari nilai dan bentuk penyetara dari nilai. Pada contoh diatas, jaket mengekpresikan nilai dari si linen, Nilai relatif mengekpresikan nilai dari sebuah komoditas sejauh dia relatif pada komoditas lainnya yang bekerja sebagai pemenuhan ekpresi. Seperti contoh diatas, nilai dari 20 yard linen jika relatif terhadap jaket adalah 1 jaket.
Dua bentuk ini saling berlawanan, dalam artian sebuah komoditas tidak dapat memiliki dua bentuk ini dalam bersamaan, dalam artian kita tak bisa mengepresikan nilai dari 20 yard linen itu sebagai 20 yard linen karena ini hanya merupakan sebuah pengulangan.
Bentuk relatif dari nilai
Sebuah benda dapat dikomprasikan secara kuantitatif dengan benda yang lainya jika dan hanya jika benda tersebut dengan benda lainnya dapat direduksi ke unit yang sama.
10 yard linen = 1 jaket atau = 3 jaket atau = x jaket, tak peduli bagaimana bentuk persamaan tetap saja basisnya adlah linen = jaket.
Tapi seperti yang kita bicarakan tadi, dua komoditas ini tidak memainkan peran yang sama, tadi kita telah membahas bahwa aspek homogen dari semua komoditas adalah waktu kerja, tetapi waktu kerja tidaklah cukup untuk memberikan nilai, untuk memberikan nilai dibutuhkan komoditas lainnya dalam hal ini adalah jaket tadi. ini mengapa disebutkan bahwa linen akan bernilai jika dan hanya jika berelasi dengan jaket. Dan, dikatakan berelasi bila penampakan fisik dari komoditas B mewakili nilai dari komoditas A. Yang dapat diartikan juga bahwa nilai komoditas A itu diekpresiken melalui nilai guna komoditas B, inilah bentuk relatif nilai !
Tetapi bagaimana konsekuensinya jika katakanlah ada perubahan, disini marx menjelaskan 4 kondisi
.
1. Katakanlah nilai dari sebuah linen berubah sedangkan jaket konstan. Bila katakanlah karena kemunduran teknologi, waktu produksi linen menjadi dua kali lipat, konsekuensinya adalah persamaannya menjadi 20 yard linen = 2 jaket, mengapa? karena produksi dari 1 jaket sekarang hanya bersisi 1/2 dari 20 yard linen. jika sebaliknya, waktu produksi linen dipercepat menjadi 1/2 , maka jelas bahwa nilai dari linen akan jatuh 1/2 sehingga persamaannya menjadi 20 yard linen = 1/2 jaket. Jadi, nilai relatif dari komoditas A yang diekspresikan dalam komoditas B, naik dan jatuh sejalan nilai dari komoditas A, jika nilai komoditas B konstan.
2. Katakanlah sekarang nilai dari linen konstan sedangkan jaket berubah. jika waktu produksi dari jaket itu menjadi 2x lipat, maka persamaannya akan menjadi 20 yard linen = 1/2 jaket. bila sebaliknya, wakti produksi jaket menjadi 1/2 lipat, persamaannya menjadi 20 yard linen = 2 jaket. Berarti, jika nilai dari komoditas A konstan, nilai relatifnya yang diekspresikan di komoditas B akan naik dan turun secara berbanding terbalik dengan perubahan nilai dari komoditas B.
3. kedua komoditas sama-sama berubah secara proporsional. maka persamaan diatas yaitu 20 yard linen = 1 jaket, Perubahan mereka akan terlihat bila ada komoditas lain atau c yang konstan. Bila kesemua komoditas yang ada di dunia berubah secara proposional, nilai relatif mereka tak berubah tapi perubahannya nilainya terekpresikan dengan penambahan atau pengurangan dari komoditas yang memerlukan waktu yang sama.
4. Kasus-kasus yang lainnya dapat kita analisa dengan menggunakan ketiga kondisi diatas.
Bentuk ekivalen dari nilai
Jaket sebagai bentuk ekivalen dari nilai memang bisa mengekpresikan nilai dari linen ( yang tertanam di linen ). Tapi pada dirinya sendiri jaket tidak bisa mengekrpesikan besaran dirinya sendiri. Kita dapat mencontohkan ini dengan sekarung beras, sekarung beras karena ia merupakan benda fisik dan sulit idangkat pasti memiliki berat tetapi berat ini tak dapat kita lihat atau sentuhkan? kemudian kita ambil sebuah besi yang beratnya telah ditentukan sebelumnya. Sekarung beras selama kita relasikan dengan seuah besi tadi, dimana besinya menjadi alat penentu maka, kita dapat mengukur beratnya sekarung beras. Disini terlihat bahwa besi tersebut tidak lain dan tidak bukan hanya merupakan bentu manifestasi dari berat. semua benda yang berelasi dengan besdi tadi mau itu sekarung beras, mobil, dan lain-lainnya selama dia ( secara objektif ) mempunyai berat maka beratnya dapat ditemukan.
Perbedaan dari analogi tadi adalah jika berat merupakan properti alam maka nilai merupakan relasi sosial.
b. Bentuk total atau perpanjangan dari nilai
x kom A = y kom B, atau = z kom C, dan lain-lainnya.
bentuk relatif
Jika pada bentuk dasar yang terjadi hanya antar 2 komoditas, maka pada bentuk perpajangan ini relasinya adalah dengan seluruh komoditas. Disini tidak hanya jaket, semua komoditas menjadi cermin bagi nilai linen. hubungan antara dua individu komoditas-pemilik menghilang. Kini menjadi polos, bukan pertukaran yang menentukan besarnya nilai tapi besarnya nilai yang menetukan nilai pertukaran.
bentuk ekivalen
Jaket, mobil, topi, dan seluruh komoditas disini sama-sama menjadi bentuk ekivalen dari linen atau nilainya linen. Tidak seperti hubungan linen dan jaket dimana linen dapat terwakilkan dengan waktu kerja membuat jaket. Pada bentuk ini waktu kerja konkrit tercampur dengan tak terhingganya kerja konkrit pada komoditas lain.
Cacat dari bentuk perpanjangan
Memang bentuk ini dapat menjelaskan nilai lebih baik, tetapi tetap masih ada kekurangan yang membuatnya tidak cocok utuk digunakan.
1. Dalam sudut pandang bentuk nilai relatif, deret yang merujuk ekpresi dari relatif tak terhingga atau tak pernah mencapai akhir, dengan kata lain tidak ada satu ekpresi umum yang menggambarkan keuniversalan. sedangkan,
2. dari sudut pandang bentuk ekivalen, disini terdapat banyak ekivalen dimana antara mereka saling tidak terkait maka berarti kerja yang tertanam adalah kerja partikular ( kerja konkrit ) bukan kerja abstrak, memang totalitas tapi hanya totalitas di bentuk partikular dengan ketiadaan kesatuan internal ( dari dalam ).
c. Bentuk umum dari Nilai
Bentuk dari perpanjangan itu merupakan penjumlahan dari bentuk dasar, seperti:
20 yard linen = 1 jaket
20 yard linen = 1 Gaun
dan bentuk diatas mengindikasikan relasi ekivalen berarti mereka dapat dipertukarkan
1 jaket = 20 yard linen
1 Gaun = 20 yard linen
jika terapkan kebalikan ini ke semua komoditas maka akan menjadi :
Sekarang komoditas dapat diekpresikan dalam bentuk simpel karena dalam satu komoditas dan bentuk utuh karena terekepresikan dalam komoditas yang sama.
Pada bentuk baru ini kita telah mendapatkan nilai dari semua komoditas di dunia dari satu jenis komoditas yang terpisah olehnya. Melalui linen, semua komoditas dapat mengekpresikan nilainya dengan merujuk ke kesamaannya dengan linen, dari sini juga nilai guna tidak diturunkan dari nilai guna dirinya sendiri tetapi dari nilai guna setiap komoditas. refleksi dari nilai linen ini dapat diterapkan ke semua komoditas, sehingga antar komoditas non-linen dapat melakukan pertukaran misal 2 ons gold = 1/2 ton besi.
Aspek-aspek dari dua bentuk tadi terdapat didalam bentuk baru in, yaitu irreversibel, kontradiksi, dan refleksi dari bentuk dasar, serta totalitas dan aspek ketakterhingaan dari bentuk perpanajangan. Aspek lain yang muncul unik dari bentu ini adalah peran linen sebagai mediator universal. Untuk setiap komoditas non-linen dapat dipertukarkan antar sesamanya. Komoditas-komoditas tersebut harus terlebih dahulu mendapatkan nilainya, nilai tersebut pastilah didapatkan dari cerminannya atau bentuk ekivalennya, dalam kasus diatas adalah linen.
4. Bentuk Uang
Bentuk Uang akan terbentuk bila salah satu komoditas memenangkan komoditas lainnya sebagai bentuk ekivalen universal, derajat akan berubah dari komoditas menjadi uang. berarti simpelnya, bentuk uang adalah bentuk umum dimana bentuk ekivalennya adalah uang.
Untuk uang segini dlu, untuk bagaimana dampak uang bagi kehidupan sosial dan masyarakat kapitalis ini ntar akan dibahas dalam fetitisme komodits sedangkan sirkulasi uang akan dibahas pada bab 3.
Oke siip, sekian postingan aye kali ini, terimakasih bagi yang sudah membaca, moga bermanfaat bagi kalian semua. Kalau ada pertanyaan dan sanggahan bisa ditulis dikolom komentar, sampai jumpa di postingan fetitisme komoditas ~~
referensi :
[1] University of Texas. (n.d.). Chapter 1. The University of Texas at Austin. Retrieved May 16, 2021, from http://la.utexas.edu/users/hcleaver/357k/357ksg01.html
[2] Marx, K. (1976). Capital (1st ed., Vol. 1) [E-book]. Penguin Classic. https://www.penguin.co.uk/books/35192/capital/9780141920603.html
[3] Fine, B., & Saad-Filho, A. (2004). Marx’s Capital (4th ed., Vol. 0). Pluto Press. https://doi.org/10.1007/978-1-349-19980-8
[4] Class 01 Reading Marx’s Capital Vol I with David Harvey. (2010, October 28). [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=gBazR59SZXk&t=1s
[5] Filsebat. (2020, July 15). DAS KAPITAL: Chapter 1 | FILSEBAT | Francesco Hugo [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=lh08k5DEuJI
Sunday, February 28, 2021
DIsclaimer : Aye bukan ahlinya, kalau ada yang silakan beritahu saya di kolom komenar.
Pada kisaran tahun 1900, Hilbert merencanakan program paling ambisius dalam sejarah matematika yang dinamai sebagai Hilbert Programme, yang mempunyai program kerja untuk mendasarkan matematika yang konsisten dan lengkap ada koleksi pernyataan yang elegan dan self-evident, dan dengan menggunakan kaidah penalaran yang berdasarkan koleksi tersebut, diharapkan semua statemen dalam matematika dapat dibuktikan ( salah dan benar ).Maka, Pada tahun 1908. Berbekal Paradoks Berry bahwa bahasa dapat menciptakan ambiguitas maka pentingnya memakai bahasa formal dan Paradoks Russel bahwa tidak semua koleksi yang terdefinisi adalah himpunan. Ernst Zermelo dan Abraham Fraenkel menciptakan sebuah sistem aksiomatik yang ia namai sebagai Teori Himpunan Zermelo - Fraenkel yang terdiri dari 9 aksioma. Inilah Fondasi Matematika yang dipercayai dapat menjawab Hilbert Programme dan merupakan kanon yang masih digunakan sampai sekarang ( inilah 10 Perintah tuhan versi Matematika, Apakah ini adalah wahyu yang diturunkan ? ).
Sayangnya, Pada
tahun 1931. Kurt Friedrich Godel menerbitkan Teorema yang membuat harapan
Hilbert mustahil terwujud. Teorema ini disebut sebagai Teorema Ketidaklengkapan
Godel yang berbunyi :
" Setiap
sistem formal konsisten F yang dapat melakukan aritmetika adalah tidak lengkap,
yang berarti terdapat statemen dari sistem F yang tidak dapat dibuktikan bernar
dan salah "
Teorema ini
memberikan dua pilihan : Tinggalkan konsistensi atau ketidaklengkapan. Tentu
karena alasan bahwa jika konsistensi ditinggalkan maka akan tercipta
kontradiksi yang berujung prinsip ledakan. Prinsip ledakan dengan bahaya
inkoherensi ( semua dapat dibuktikan benar ) dapat
menghancurkan Matematika itu
sendiri. Maka akan benar bahwa 1+1= 4. Tentu benar, ini merupakan
anggapan kubu klasik bahwa kontradiksi akan menyebabkan prinsip ledakan.
Bereda dengan tadi,
Dialetheis tidak mempercayai bahwa prinsip ledakan itu benar-benar valid, Jika
saya di bandung dan saya tidak di bandung itu benar maka apakah berarti ini
dapat membuktikan bahwa tuhan itu ada?. Tentu , Dialetheis akan menjawab tidak.
Untuk menolak prinsip ledakan maka ada beberapa yang mengajukan bahwa
setidaknya salah satu aturan disjungsi dasar ( P : P v Q dan A v P, A : P )
haruslah salah. Banyak sistem logika yang mengembangkan ini tapi mana yang
cocok?. pertanyaan ini masih belum terjawab.
Tentu menerapkan
sistem logika ini ke dalam matematika berarti menghilangkan pembuktian Reductio
ad absurdum yang mana merupakan senjata paling ampuh matematikawan. Bukan yang
berkontradiksi yang tertolak melainkan yang trivial atau menyebabkan inkoheren.
Jadi, Bagaimana pendapat kalian? Setuju atau tidak setuju?
Sunday, December 13, 2020
Kripke pada tahun 1979
menerbitkan sebuah puzzle tentang kepercayaan ,yang bertujuan untuk
mematahkan serangan terhadap teori Millian. bahwa absurditas yang terjadi dalam
konteks propositional attiude ( proposisi dalam konteks mental/sikap ) itu
bukan hanya terjadi karena asumsi tranparansi Nama ( koreferensial dapat dipertukarkan secara salva
veritate ). dalam puzzle, kripke menunjukkan bahwa bila asumsinya pun ditolak,
absurditas tetap akan terjadi.
konteks puzzle adalah perbedaan pendapat antara Millian
dan Frege-Russel tentang Nama. Pada Miliian, Nama hanya dianggap sebagai
penunjuk dari objek acuan. Ini sangat berbeda pada pandangan Frege – Russel yang menyatakan bahwa sebuah
Nama memiliki properti-properti yang akan secara unik menunjuk objeak acuan . Misal nama Andi, pada pandangan millian
nama andi hanya sekedar label/denotasi dari ‘Andi ’. Sedangkan pada Frege –
Russel nama Andi merupakan singkatan dari properti-properti yang secara unik
akan menunjuk kepada Andi. Misal kita asumsikan ‘Andi’ adalah
raja perancis saat ini tang botak. maka menurut pandangan Frege – Russell
nama Andi merupakan singkatan dari raja perancis saat ini. atau secara rigor
menggunakan logika tatanan pertama dapat dituliskan (∃x)(Fx&(for all y)(Fy → x =
y) & Bx ) yang kira-kira bila diterjemahkan menjadi : ada x dimana x adalah raja
perancis saat ini dan untuk semua y jika y adalalah raja perancis saat ini maka
x sama dengan y dan x berkepala botak. Menggunakan pernyataan-pernyataan
diatas. alhasil pada Millian, Nama dapat dipertukarkan secara salva veritate (penukaran
tingkat atribut ) sedangkan pada Frege – Russel hal ini mungkin tidak dapat
terjadi. contoh : pada Cicero dan Tulius jika kita memakai pandangan millian
maka keudanya dapat dipertukarkan secara salva veritate . misal Cicero
berkepala botak, maka nama ‘Cicero’ dapat dipertukarkan dengan ‘Tulius’
sehingga kalimatnya menjadi Tulius berkepala botak. hal ini tidak terjadi pada pandangan Frege –
Russel dikarenakan bisa saja properti dari nama Cicero dan Tulius itu berbeda.
Dan karena puzzle kripke ini berhubungan dengan
propositional atittude ( proposisi sikap/mental ). Maka kali ini akan terlebih
dahulu membahas de re dan de dicto . perbedaan dari keduanya
terletak di cangkupan. Jika de re
memiliki cangkupan yang luas maka de dicto memiliki cangkupan yang kecil. misal
pada kalimat Ralph percaya bahwa seseorang adalah mata-mata. Jika membaca kalimat ini dengan de dicto maka dapat dibaca menjadi terdapat seseorang
yang Ralph curigai sebagai mata-mata ( mungkin si andi ). sedangkan pembacaan
de re akan menjadi Ralph percaya terdapat seorang mata-mata. lebih jauh, masing-masing secara rigor dapat dituliskan
menjadi : (there is exist x) (Ralph
percaya bahwa x adalah mata-mata ) dan Ralph percaya bahwa (there is exist x) (x adalah
mata-mata). coba perhatikan kedua
ekpresi, yang membedakan kedua ekpresi adalah cangkupan x-nya.
Terakhir, Sebelum masuk kepada puzzle. akan diasumsikan 2
prinsip yang harus terpenuhi.pertama adalah disquotation principle ( prinsip
diskuotasional ), yang mengatakan bahwa “ jika penngujar secara reflektif,
jujur dan dengan menggunakan bahasa standar mengasersi P maka dia percaya P “ . Ini dibutuhkan untuk menghilangkan
ambiguitas. misal pada kalimat London adalah kota yang indah maka pengunaan
london disini adalah sama seperti pengunaan london pada umunya dan indah
berarti merupakan atribut dari keindahan. harus refleksif ( secara sadar,
hati-hati, dan rasional ) agar menghindari sesat pikir serta jujur aqtau kalimat yang dia nyatakan itu bukan sekedar
sarkasme atau bohongan. sebagai tambahan
berlaku bikondisional pada prinsip diskuotasional
yang menyatakan bahwa
“ seorang pengujar
yang tanpa keraguan dapat dikatakan jujur dalam menyetujui ‘p’ jika dan hanya
jika ia percaya bahwa p “ . mempertegas bahwa dia yakin
tanpa keraguan tanpa harus mengulangi sekali lagi perkataannya ( mungkin si
pengujar malu ).
kedua adalah prinsip penerjemahan yang menyatakan “jika sebuah kalimat pada suatu
bahasa mengekspresikan kebenaran pada bahasa tersebut, maka terjemahan dalam
bahasa manapun juga mengekspresikan kebenaran “. Ini berfungsi untuk menjaga tujuan dalam
penerjemahan dari bahasa asli ke bahasa lain.
Puzzle dimulai dari sebuah cerita tentang seorang pemuda
monolingual bernama Pierre yang tinggal di kolong jembatan di paris. Perancis
kala itu sedang di landa sebuah krisis dan gejolak pemberontakan. singkat kata,
Pierre hidup dalam kemisikinan dan kesusahan. Pierre yang resah mencari makanan
kesana kemari sering memungut kertas koran yang tersebar di jalanan, pada
banyak koran yang ia lihat. Pierre takjub oleh sebuah kota yang bernama
Londreas. Koran menggambar Londres seperti taman eden yang berisi kastil-kastil
megah dan pepohonan yang rimbun. Bagi Pierre disana adalah surga, tak ada
kelaparan maupun penyakit. Pierre sering bercerita pada teman-temannya sewaktu
hendak tidur bahwa “ Londres est jolie “.
dalam bulan-bulan selanjutnya, pembrontakan kian memanas, Pierre yang
sudah tidak tahan lagi hidup nestapa akhirnya memutuskan untuk pergi
meninggalkan paris dengan menumpang kereta kuda. kebetulan kereta kuda tersebut hendak
mendistribusikan makanan ke inggris. singkatnya, Pierre dengan mengikuti rute
kereta kuda tiba di Inggris. disana Pierre memutuskan untuk mengikuti massa
pekerja ke kota London untuk mencari pekerjaan. Naasnya, disana ia tertimpa
nasib yang sama bahkan lebih buruk. tidak berubah masih tinggal di kolong
jembatan. disana ia mendapatkan gaji rendah dan bahkan sering ditipu oleh pemilik
pabrik dikarenakan Pierre tidak dapat berbahas inggris. kebiasaannya pun masih
sama sebelumm tidur Pierre membisikan dengan lembut pada dirinya sendiri bahwa
“ Londres est jolie “. Pierre meniatkan dirinya untuk belajar bahasa inggris via
secara langsung seperti bayi. berbulan – bulan kemudian hidup Pierre mulai
membaik dikarenakan komunikasinya membaik. Kini ia tinggal di Darmouth, berprofesi sebagai seorang pemilik toko.
Suatu hari seorang pelanggannya berkata bahwa ia ingin merantau ke London untuk
memperbaiki hidupnya. Pierre yang masih mengingat pengalaman kesulitannya
sewaktu di kota London berkata “ London is not pretty “. dan menyarankan
pelanggannya itu untuk tidak pergi ke London.
Pada cerita diatas dengan pembacaan de dicto dan de re,
kita bisa mengambil beberapa asersi, yaitu :“Londres ist jolie” dan “ London is
not pretty “. Pada kalimat “ Londres ist
jolie “ dapat diterapkan prinsip
penejemahan menjadi “ London is pretty”.
dan keduanya jika digunakan prinsip dikuotasional dapat terbentuk sebuah
pernyataan “ Pierre percaya bahwa London is pretty “ dan “ Pierre percaya bahwa
London is not pretty “. pertanyaan yang diajukan kripke adalah jika Pierre
tidak pernah menggantikan kepercayaan
yang telah dia buat sewaktu berada di perancis. lalu, Apakah Pierre mempercayai London is pretty
atau tidak? . Jika anda jawab tidak dengan berdalih bahwa ia tidak mempercayai lagi London is
pretty/Londres ist jolie karena telah tinggal di inggris dan berbahasa inggris.
maka ini seperti saja mengatakan bahwa Pierre telah mengganti kepercayaan.
jawaban ini tidak bisa dibenarkan karena pierre mengaku bahwa ia tidak pernah
mengganti jawabannya. jika anda jawab iya karena berdalih bahwa Pierre percaya
London is not pretty karena masa lalunya di perancis. ini juga bukan jawaban
yang memuaskan karena kepercayaan baru Pierre ini sama dengan kepercayaan
tetangga-tetangganya di London. bila kita asumsikan Pierre disambar listrik
sehingga semua ingatannya masa lalunya di perancis terhapus maka Pierre akan
tetap pada kepercayaannya karena Pierre nantinya juga akan memiliki kepercayan
dan pemikiran yang sama dengan tetangganya. jika anda menerima kedua
kepercayaan Pierre maka saya bisa saja mengasumsikan Pierre ternyata adalah
Logikawan sehingga dia tidak akan pernah membiarkan dirinya memiliki
kepercayaan yang saling berkontradiksi. jawaban bahwa pierre memiliki dua
kepercayan tsb pun ini pun tidak memuaskan.
lewat puzzle ini Kripke berhasil membuktikan ( self claim
) bahwa absurditas akan tetap terjadi tanpa mengasumsikan adanya pertukaranan
nama ( transparansi nama ). Tidak ada
dua buah nama atau lebih yang menunjuk pada objek sama dalam cerita Pierre,
hanya ada satu nama yaitu London/Londres. Sekian...
Referensi :
Ryckman, Thomas C. "Proper names, beliefs, and
definite descriptions." (1984). Doctoral Dissertations 1896 - February
2014. 1789. https://scholarworks*umass*edu/dissertations_1/1789.
Quine,
W. V. “Quantifiers and Propositional Attitudes.” The Journal of Philosophy,
vol. 53, no. 5, 1956, pp. 177–187. JSTOR, www*jstor*org/stable/2022451
Kripke, S.A. (1979) A Puzzle about Belief. In: Margalit A. (eds) Meaning and Use. Synthese Language Library (Texts and Studies in Linguistics and Philosophy), vol 3. Springer Dordrecht. https://doi*org/10*1007/978-1-4020-4104-4_20
Smit,
JP. "Some Lessons from Kripke’s A Puzzle
About Belief." Stellenbosch Papers in Linguistics [Online],
40 (2011). https://doi*org/10*5774/40-0-38.