How the basic concepts of economics--including markets, institutions, and money--can be used to create and analyze economies based on virtual goods.

Six decades after the end of World War II, new stories about the conflict continue to emerge. One of these is the subject of this book. Written by an American, Ranne Hemingway-Douglass, and published in the UK by Pen & Sword, it has all the elements of a classic covert adventure tale. As the book explains, the Shelburne was one of the later escape lines that operated within Nazi-occupied Europe. It was established at the end of 1943 by two agents who worked for MI-9, the London-based military intelligence agency responsible for providing assistance to Allied servicemen stranded behind enemy lines. Working with the French Resistance, these agents arranged for groups of Allied airmen to be taken from "safe houses" in Paris to Brittany, where a Royal Navy motor gunboat picked them up from a secluded beach and delivered them back to England. Eight audacious evacuation operations were conducted between January and August, 1944, without the Shelburne Line ever being infiltrated by the Gestapo.Aspects of the Shelburne story have been told previously in memoirs by several of the participants, including the late MP Airey Neave, who was an MI-9 operative. However, Hemingway-Douglass expands the story to include recollections of some of the local Breton people who were involved with the Line. The second half of the book comprises personal stories of airmen and other individuals who were affiliated with the Shelburne Line or were otherwise caught up in the war in France. A lifelong Francophile, Hemingway-Douglass took eight years to research and write the book. She describes it as a labor of love that pays tribute to the heroism and courage of 'ordinary' people, while reinforcing the fact that war touches everybody.

Start Point

Aku mencoba berdiri dengan berpegangan pada tembok di belakangku. Aku berjalan melewati Seno tanpa berkata apa-apa. Saat merasa sudah cukup kuat, aku mulai berlari menuju ke pintu keluar.

Sementara itu, Seno hanya terbaring. Dengan tiap organ tubuhnya yang perlahan demi perlahan mulai berubah menjadi butiran-butiran cahaya. Dia tatap plafon dihadapannya. Plafon berwarna putih yang penuh dengan lubang. Saat itu ia pejamkan kedua matanya. Entah apa yang saat itu ia pikirkan.

Start Point

Perlahan, Sindy membuka matanya. Dengan tubuh yang masih terasa agak lemas dan juga lelah, ia terbangun di ruangan itu. Sebuah ruangan dengan tembok yang berwarna putih bahkan lantainya juga berwarna putih. Hanya tembok putih yang ada di ruangan ini, sama sekali tidak ada jendela maupun mebel lainnya. Di plafonnya, terdapat sebuah ventilasi kecil. Bahkan ventilasi itu begitu kecil sampai-sampai seorang anak kecil saja takkan muat memasukinya. Di pojok ruangan, terdapat sebuah kamera pengawas yang dalam kondisi menyala. Nampak begitu jelas kalau mereka sedang mengawasi Sindy dan yang lainnya. Namun, ada satu hal yang begitu menarik perhatian Sindy. Suara benturan antara dua benda terus terdengar seiring berjalannya waktu. Terus terulang dan terus terulang tiada henti.

Start Point

Start Point

Start Point

Start Point

Start Point

Sebelum membaca novel ini, sangat disarankan untuk membaca chapter sebelumnya terlebih dahulu.

Hore, akhirnya vol.2 dari web novel ini dimulai juga. Mulai dari sini bakal ada banyak hal yang berhubungan dengan masa lalu Dimo, dengan kata lain vol.2 ini titik balik dimana Dimo bakal tau siapa dirinya ini.

Start Point

Start Point

“Kak Anna, bertahanlah!” Salah seorang menghampiri Mbak Anna dan memberinya penanganan medis. Dan yang satunya berdiri melindung Mbak Anna.

“Kau... berani-beraninya kau melakukan ini kepada Kak Anna” Dia mengangkat kedua tangannya dan mengarahkannya ke depan. Di depan telapak tangannya mulai keluar bola api yang perlahan semakin membesar. Bola api itu terus membesar dan terus membesar sampai ukurannya hampir memenuhi lorong.

Start Point

Start Point