Selamat datang di KnK Land. Mari menguasai dunia bersama kami. Disini kalian bisa menemukan ratusan postingan berbahaya dari penulis-penulis kami. Selamat menikmati situs yang hidup ini.




Sunday, May 16, 2021

Das Kapital Bab 1 : Komoditas

   



 Halo Semua..  Kali ini mimin pingin membahas Bab 1 dari Das kapital buku 1. di bab ini kita akan belajar mengenai komoditas dan ada apa saja di dalamnya. Sebenarnya das kapital bab 1 ada 4 bagian, tapi karen abakalan kebanyakan saya disini akan cuma membahas 3 bagian yang membicarakan soal komoditas. ntar, di postingan selanjutnya baru akan membahas bagian ke-4 yaitu fetitisme komoditas.

 Sebelum kita masuk dalam pembahasan, izinkan saya untuk mengutip beberapa perkataan marx dalam beberapa kata pengantarnya yang menurut saya penting,  marx mengatakan bahwa 

" Das kapital adalah teori yang menggunakan metode analisis yang berbeda, bab-bab pertama dalam buku ini akan sangat sulit dan menakutkan, terutama bagi mereka yang selalu tidak sabar mengambil kesimpulan atau prinsip umum.. Tidak ada jalan yang mudah menuju sains dan hanya mereka yang siap mendekati di jalan yang curamlah yang akan menang". 

Satu lagi pengingat, ingat baik-baik bahwa dalam buku ini metode yang akan sering adalah metode dialektika.

1. Dua faktor dari komoditas : Nilai guna dan Nilai 

  Komoditas adalah titik awal Marx berangkat untuk menganalisis sistem kapitalisme. Marx sendiri memilih ini karena dari keseluruhan sistem kapitalis, yang tampak jelas dan pastinya memiliki bentuk konkritnya adalah komoditas. Juga komoditaslah yang memuaskan kebutuhan manusia yang bermacam ragamnya dari urusan perut sampai ke imajinasi maupun dari konsumsi sampai alat produksi. 

 Tapi, yang perlu digaris bawahi disni adalah Tidak setiap barang merupakan komoditas dan juga tidak setiap komoditas adalah barang. Menurut Marx, sesuatu dikatakan sebagai komoditas jika ia memiliki dua nilai yakni nilai guna ( aspek kualitatif )  dan nilai tukar ( aspek kuantitatif ). Tapi apa itu nilai guna dan nilai tukar?


  Nilai guna ialah nilai yang muncul karena kegunaan benda tersebut, tentu karena merupakan kegunaan, nilai guna hanya akan muncul jika sebuah barang dapat dikonsumsi atau digunakan. misal kita contohkan sebuah teh botol. Sebuah teh botol akan memiliki nilai guna sejauh dia  dikonsumsi dalam hal ini untuk melegakan dahaga akan rasa haus. Nah, Nilai guna dari sebuah benda berhubungan erat dengan nilai tukar.


 Nilai tukar ialah nilai yang muncul karena pertukaran dari benda tersebut, dalam arti lain, sebuah benda memiliki nilai guna sejauh benda tersebut dapat dipertukarkan dengan benda lainnya. Pastilah pertukaran benda mengandaikan kesetaraan, bukan? orang bodoh mana yang ingin menukarkan sebuah benda yang tidak setara ( degnan catatan tidak ada kepentingan lainnya ). Tetapi disini kita dapat langsung mempertanyakan kembali, jika benda-benda dapat setara maka unsur apa yang menyetarakannya ? Unsur tersebut menurut marx tak lain adalah nilai yang menubuh pada komoditas itu sendiri. Nilai dalam artian, semua komoditas haruslah dapat diubah dalam unsur tersebut. Tentu properti fisik dari komoditas akan tereleminasi. Tapi, bagaimana dengan nilai guna? sayangnya nilai guna juga tidak dapat digunakan karena ia merupakan kualitas bukan kuantitas. Jika, begitu maka yang tersisa adalah kerja. 


2. Dua aspek kerja yang mewujud dalam Komoditas

 Tapi bukankah kerja itu memproduksi nilai guna? Tentu bukan kerja konkrit seperti itu yang dikatakan oleh marx. Kerja konkrit disini kerja yang fokus utamanya adalh menghasilkan nilai guna. contoh : kerjanya seorang penenun adlah menghasilkan kain atau seorang pengrajin kayu menghasilkan meja. Bukan, bukan kerja ini yang dimaksudkan oleh marx, kerja ini masih menghasil barang yang berbeda, ia masih menghasilkan meja, baju, dll. Kerja yang dimaksud marx adalah kerja abstrak, kerja yang menghasilkan komoditas yang dihasilkan seorang penenun dan pengrajin kayu menjadi sama. Yaitu menghasilkan bentuk homogen dari komoditas, waktu kerja yang membeku dalam komoditas. Seorang penenun disini tidak menghasilkan sebuah kain tapi lama waktu kerja, begitu pula dengan pengrajin kayu. Kita dapat menyetarakan 1 meja yang jika dikonversi menghasilkan 30 hari waktu kerja dengan 1 kain yang jika dikonversi menjadi 15 hari waktu kerja maka 30 = 2* 15 = 30 sehingga 1 meja = 2 kain.


 Muncul lagi permasalahan disini, berarti apakah komoditas yang dihasilkan oleh seorang yang tidak kompeten itu lebih besar karena memerlukan waktu yang lama? Disini marx berkata bahwa yang dimaksud waktu kerja adalah waktu kerja sosial atau waktu kerja rata-rata dalam masyarakat. Misalkan di sebuah masyarakat yang dominasinya telah menggunakan mesin otomatis yang dapat menghasilkan sebuah meja hanya selama 5 jam, maka walaupun katakanlah, andi membuat sebuah meja dalam waktu 30 hari. Waktu kerja yang berlaku di masyarakat adalah mengikut si waktu mesin otomatis.


Disini berarti ada faktor-faktor lain yang bermain, bukan? Marx menyebutkan faktor-faktor tersebut adalah : Pertama, yaitu tingkat rata-rata keahlian pekerja. Kedua, merupakan tingkat perkembangan sains dan penerapan teknologi. Ketiga, perkembangan organisasi dan proses produksinya, keempat yaitu keluasan dan ketepatgunaan sarana produksi dan Kelima,  kondisi alamiah di suatu lingkungan tertentu.


3. Bentuk Nilai atau Nilai tuka


 a. Bentuk dasar dari Nilai


 Komoditas yang seperti kita tau ia muncul sebagai nilai guna kita dapat mencontohkan besi, kayu, dan bulu domba.  Ini adalah bentuk sedernaha, bentuk alaminya. Tetapi seperti yang tadi kita katakan, komoditas akan menjadi komoditas jika hanya ia memiliki dua karakter alami, yang saat bersamaan merupakan objek dari kegunaan dan pembawa nilai. Maka, dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa barang muncul sebagai bentuk komoditas jika ia memiliki bentuk alami dan bentuk nilai.


 Seperti yang telah kita tekankan diatas nilai adalah waktu kerja yang terobjektifikasi dalam barang. Dalam artian, ia membutuhkan nilai tukar sebagai representasinya, Nilai tukar secara trivial dapat kita katakan sebagai sebuah relasi sosial. Untuk menukarkan sebuah barang kita membutuhkan komoditas yang lain yang dimiliki oleh orang lain, bukan?. Oleh karena itu nilai yang terpatri dalam sebuah komoditas itu bukan material, kita tidak bisa menemukan nilai dengan cara memotong atau menilisik wujud material si barang. Tapi, bagaimana cara kita menetukan nilai dari sebuah komoditas? seperti yang kita katakan tadi, lewat pertukaran nilai direpresentasikan. Relasi pertukaran seperti apa?


 Kita memliki bayak relasi pertukuran, tetapi disini kita terlebih dahulu mulai dari relasi yang lebih sederhana, yaitu relasi antara dua komoditas. relasi ini dapat mengatakan kepada kita bentuk simpel dari satu komoditas. Contoh :


x komoditas A = y komoditas B, berarti x komoditas A bernilai y komoditas B.
( 20 yard linen = 1 jaket, berarti 20 linen itu bernilai 1 jaket )


 dalam bentuk ekuasi simpel ini terdapat dua bentuk lain yang saling bertentangan. yaitu, bentuk relatif dari nilai dan bentuk penyetara dari nilai. Pada contoh diatas, jaket mengekpresikan nilai dari si linen, Nilai relatif mengekpresikan nilai dari sebuah komoditas sejauh dia relatif pada komoditas lainnya yang bekerja sebagai pemenuhan ekpresi. Seperti contoh diatas, nilai dari 20 yard linen jika relatif terhadap jaket adalah 1 jaket. 


 Dua bentuk ini saling berlawanan, dalam artian sebuah komoditas tidak dapat memiliki dua bentuk ini dalam bersamaan, dalam artian kita tak bisa mengepresikan nilai dari 20 yard linen itu sebagai 20 yard linen karena ini hanya merupakan sebuah pengulangan.


Bentuk relatif dari nilai 


 Sebuah benda dapat dikomprasikan secara kuantitatif dengan benda yang lainya jika dan hanya jika benda tersebut dengan benda lainnya dapat direduksi ke unit yang sama.

10 yard linen = 1 jaket atau = 3 jaket atau = x jaket, tak peduli bagaimana bentuk persamaan tetap saja basisnya adlah linen = jaket.


Tapi seperti yang kita bicarakan tadi, dua komoditas ini tidak memainkan peran yang  sama, tadi kita telah membahas bahwa aspek homogen dari semua komoditas adalah waktu kerja, tetapi waktu kerja tidaklah cukup untuk memberikan nilai, untuk memberikan nilai dibutuhkan komoditas lainnya dalam hal ini adalah jaket tadi. ini mengapa disebutkan bahwa linen akan bernilai jika dan hanya jika berelasi dengan jaket. Dan, dikatakan berelasi bila penampakan fisik dari komoditas B mewakili nilai dari komoditas A.  Yang dapat diartikan juga bahwa nilai komoditas A itu diekpresiken melalui nilai guna komoditas B, inilah bentuk relatif nilai !


Tetapi bagaimana konsekuensinya jika katakanlah ada perubahan, disini marx menjelaskan 4 kondisi

.

1. Katakanlah nilai dari sebuah linen berubah sedangkan jaket konstan. Bila katakanlah karena kemunduran teknologi, waktu produksi linen  menjadi dua kali lipat, konsekuensinya adalah persamaannya menjadi 20 yard linen = 2 jaket, mengapa? karena produksi dari 1 jaket sekarang hanya bersisi 1/2 dari 20 yard linen. jika sebaliknya, waktu produksi linen dipercepat menjadi 1/2 , maka jelas bahwa nilai dari linen akan  jatuh 1/2 sehingga persamaannya menjadi 20 yard linen = 1/2 jaket. Jadi, nilai relatif dari komoditas A yang diekspresikan dalam komoditas B, naik dan jatuh sejalan nilai dari komoditas A, jika nilai komoditas B konstan.


2. Katakanlah sekarang nilai dari linen konstan sedangkan jaket berubah. jika waktu produksi dari jaket itu menjadi 2x lipat, maka persamaannya akan menjadi 20 yard linen = 1/2 jaket. bila sebaliknya, wakti produksi jaket menjadi 1/2 lipat, persamaannya menjadi 20 yard linen = 2 jaket. Berarti, jika nilai dari komoditas A konstan,  nilai relatifnya yang diekspresikan di komoditas B akan naik dan turun secara berbanding terbalik dengan perubahan nilai dari komoditas B.


3. kedua komoditas sama-sama berubah secara proporsional. maka persamaan diatas yaitu 20 yard linen = 1 jaket,  Perubahan mereka akan terlihat bila ada komoditas lain atau c yang konstan.  Bila kesemua komoditas yang ada di dunia berubah secara proposional, nilai relatif mereka tak berubah tapi perubahannya nilainya terekpresikan dengan penambahan atau pengurangan dari komoditas yang memerlukan waktu yang sama.


4. Kasus-kasus yang lainnya dapat kita analisa dengan menggunakan ketiga kondisi diatas.


Bentuk ekivalen dari nilai


 Jaket sebagai bentuk ekivalen dari nilai memang bisa mengekpresikan nilai dari linen ( yang tertanam di linen ).  Tapi pada dirinya sendiri jaket tidak bisa mengekrpesikan besaran dirinya sendiri. Kita dapat mencontohkan ini dengan sekarung beras, sekarung beras karena ia merupakan benda fisik dan sulit idangkat pasti memiliki berat tetapi berat ini tak dapat kita lihat atau sentuhkan? kemudian kita ambil sebuah besi yang beratnya telah ditentukan sebelumnya. Sekarung beras selama kita relasikan dengan seuah besi tadi, dimana besinya menjadi alat penentu maka, kita dapat mengukur beratnya sekarung beras. Disini terlihat bahwa besi tersebut tidak lain dan tidak bukan hanya merupakan bentu manifestasi dari berat. semua benda yang berelasi dengan besdi tadi mau itu sekarung beras, mobil, dan lain-lainnya selama dia ( secara objektif ) mempunyai berat maka beratnya dapat ditemukan.


 Perbedaan dari analogi tadi adalah jika berat merupakan properti alam maka nilai merupakan relasi sosial. 


b. Bentuk total atau perpanjangan dari nilai 


x kom A = y kom B, atau = z kom C, dan lain-lainnya.


bentuk relatif


Jika pada bentuk dasar yang terjadi hanya antar 2 komoditas, maka pada bentuk perpajangan ini relasinya adalah dengan seluruh komoditas. Disini tidak hanya jaket, semua komoditas menjadi cermin bagi nilai linen. hubungan antara dua individu komoditas-pemilik menghilang. Kini menjadi polos, bukan pertukaran yang menentukan besarnya nilai tapi besarnya nilai yang menetukan nilai pertukaran.


bentuk ekivalen


 Jaket, mobil, topi, dan seluruh komoditas disini sama-sama menjadi bentuk ekivalen dari linen atau nilainya linen. Tidak seperti hubungan linen dan jaket dimana linen dapat terwakilkan dengan waktu kerja membuat jaket. Pada bentuk ini waktu kerja konkrit tercampur dengan tak terhingganya kerja konkrit pada komoditas lain.


Cacat dari bentuk perpanjangan 


 Memang bentuk ini dapat menjelaskan nilai lebih baik, tetapi tetap masih ada kekurangan yang membuatnya tidak cocok utuk digunakan.

1. Dalam sudut pandang bentuk nilai relatif, deret yang merujuk ekpresi dari relatif tak terhingga atau tak pernah mencapai akhir, dengan kata lain tidak ada satu ekpresi umum yang menggambarkan keuniversalan. sedangkan,


2. dari sudut pandang bentuk ekivalen, disini terdapat banyak ekivalen dimana antara mereka saling tidak terkait maka berarti kerja yang tertanam adalah kerja partikular ( kerja konkrit ) bukan kerja abstrak, memang totalitas tapi hanya totalitas di bentuk partikular dengan ketiadaan kesatuan internal ( dari dalam ).


c. Bentuk umum dari Nilai


 Bentuk dari perpanjangan itu merupakan penjumlahan dari bentuk dasar, seperti:


20 yard linen = 1 jaket
20 yard linen = 1 Gaun


dan bentuk diatas mengindikasikan relasi ekivalen berarti mereka dapat dipertukarkan


1 jaket = 20 yard linen
1 Gaun = 20 yard linen 


jika terapkan kebalikan ini ke semua komoditas maka akan menjadi :




Sekarang komoditas dapat diekpresikan dalam bentuk simpel karena dalam satu komoditas dan bentuk utuh karena terekepresikan dalam komoditas yang sama.


Pada bentuk baru ini kita telah mendapatkan nilai dari semua komoditas di dunia dari satu jenis komoditas yang terpisah olehnya. Melalui linen, semua komoditas dapat mengekpresikan nilainya dengan merujuk ke kesamaannya dengan linen, dari sini juga nilai guna tidak diturunkan dari nilai guna dirinya sendiri tetapi dari nilai guna setiap komoditas. refleksi dari nilai linen ini dapat diterapkan ke semua komoditas, sehingga antar komoditas non-linen dapat melakukan pertukaran misal 2 ons gold = 1/2 ton besi. 


Aspek-aspek dari dua bentuk tadi terdapat didalam bentuk baru in, yaitu irreversibel, kontradiksi, dan refleksi dari bentuk dasar, serta totalitas dan aspek ketakterhingaan dari bentuk perpanajangan. Aspek lain yang muncul unik dari bentu ini adalah peran linen sebagai mediator universal. Untuk setiap komoditas non-linen dapat dipertukarkan antar sesamanya. Komoditas-komoditas tersebut harus terlebih dahulu mendapatkan nilainya, nilai tersebut pastilah didapatkan dari cerminannya atau bentuk ekivalennya, dalam kasus diatas adalah linen.


4. Bentuk Uang 


 Bentuk Uang akan terbentuk bila salah satu komoditas memenangkan komoditas lainnya sebagai bentuk ekivalen universal, derajat akan berubah dari komoditas menjadi uang. berarti simpelnya, bentuk uang adalah bentuk umum dimana bentuk ekivalennya adalah uang. 



Untuk uang segini dlu, untuk bagaimana dampak uang bagi kehidupan sosial dan masyarakat kapitalis ini ntar akan dibahas dalam fetitisme komodits sedangkan sirkulasi uang akan dibahas pada bab 3.


Oke siip, sekian postingan aye kali ini, terimakasih bagi yang sudah membaca, moga bermanfaat bagi kalian semua. Kalau ada pertanyaan dan sanggahan bisa ditulis dikolom komentar, sampai jumpa di postingan fetitisme komoditas ~~


referensi :

[1] University of Texas. (n.d.). Chapter 1. The University of Texas at Austin. Retrieved May 16, 2021, from http://la.utexas.edu/users/hcleaver/357k/357ksg01.html

[2] Marx, K. (1976). Capital (1st ed., Vol. 1) [E-book]. Penguin Classic. https://www.penguin.co.uk/books/35192/capital/9780141920603.html

[3] Fine, B., & Saad-Filho, A. (2004). Marx’s Capital (4th ed., Vol. 0). Pluto Press. https://doi.org/10.1007/978-1-349-19980-8

[4] Class 01 Reading Marx’s Capital Vol I with David Harvey. (2010, October 28). [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=gBazR59SZXk&t=1s

[5] Filsebat. (2020, July 15). DAS KAPITAL: Chapter 1 | FILSEBAT | Francesco Hugo [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=lh08k5DEuJI

No comments:

Post a Comment